JAKARTA, Katakanlah - Peduli terhadap generasi
emas anak-anak Papua, Aliansi
Pemberdayaan Masyarakat Papua Selatan (APMAS PASEL), menggelar seminar publik “Menyelamatkan
Generasi Muda Papua dari Penyalahgunaan Napza (Aibon dan Fox) di Tanah Papua”.
Selasa, 02/12.
Anak-anak aibon (label yang diberikan masyarakat
pada penyalahguna salah satu merek lem), kian marak di wilayah Papua secara
umum, Jika tidak dilakukan tindakan khusus dikhawatirkan akan merusak dan memutus rantai generasi emas Papua
dalam menghadapi perubahan zaman.
Fransiska Gondro Mahuze, Pendiri
sekaligus Ketua Lembaga Aliansi Pemberdayaan Masyarakat Papua Selatan (APMAS
PASEL), menyampaikan hal tersebut dalam Seminar Publik “Menyelamatkan Generasi Muda
Papua dari Penyalahgunaan Napza (Aibon dan Fox) di Tanah Papua”.
Seminar ini menghadirkan
narasumber dari kalangan politisi hingga rohaniwan Katolik yakni, Pastor Antonius Haryanto, Pr (Sekretaris Komisi
Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia -KWI), Tomson Silalahi (Sekretaris
Jenderal PP Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia – PP PMKRI) dan
konfirmasi via telepon Otophianus Tebai (Anggota DPD RI Dapil Papua) yang sedianya
hadir memberikan materi.
Seminar Publik yang dilaksanakan di
Aula Margasiswa PMKRI ini sengaja dilaksanakan di Jakarta, guna menarik
perhatian dan dukungan dari berbagai pihak atas situasi, yang nampaknya kurang
seksi dibandingkan berbagai issue lainnya terkait Papua.
Terkait hal tersebut, Pastor
Haryanto mengharapkan kedalaman dan
kerincian data dan fakta dari situasi mengkhawatirkan tersebut. Kelengkapan
tersebut nantinya akan dapat menarik dukungan dan partisipasi dari berbagai
pihak, secara khusus tentunya mengingat keberadaan
Gereja Katolik di Tanah Papua merupakan mitra strategis dalam memberikan
pengayoman dan pemeberdayaan masyarakat.
Fenomena ini, lanjut Pastor
Haryanto, semestinya mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak, selain
keluarga, masyarakat, pemerintah dan pastinya institusi keagamaan. Terkait hal
tersebut, secara umum menyitir Nota Pastoral KWI Tahun 2014 tentang Menyikapi
Kejahatan Sosial Narkoba di Indonesia,
“Hendaknya para pelaku
penyalahgunaan ditempatkan sebagai korban yang perlu didampingi dan ‘dibela’
dalam konteks kemanusiaan dan kehidupan sosial.” Tegas Pastor Haryanto.
Selain positioning terhadap korban, pembicara lain Tomson Silalahi
menyampaikan perlunya dibentuk dan dikondisikan berbagai aktifitas pengalih,
berupa sarana dan prasarana yang mampu mengalihkan perhatian pada
ketergantungan tindakan ‘ngelem’ tersebut.
Pria Asal Siantar ini
melanjutkan, sebagai lumbung Atlet Nasional, hendaknya hal ini disinergikan dengan berbagi
pihak terkait selain juga berbagai fasilitas pemacu kreatifitas dan
pembelajaran. Juga tidak kalah pentingnya keterlibatan keluarga dalam memantau
dan memperhatikan jadwal anak-anak, agar lebih terkondisi dan terarah tidak
terlibat dalam penyalahgunaan lem tersebut.
“Sebagai organisasi kader yang
memiliki cabang di berbagai Kab/Kota di Tanah Papua, PMKRI mendukung baik
upaya-upaya yang terbaik bagi pencegahan dan rehabilitasi korban,” tegas
Tomson.
Sementara, dalam kesempatan
terspisah saat dihubungi via telepon, Otophianus P Tebai mengharapkan perhatian
yang lebih lagi dari Pemerintah Daerah, seluruh keluarga dan masyarakat agar
bersinergi menangaani masalah tersebut.
Selain itu, anggota DPD RI Dapil
Papua tersebut mengharapkan agar dikeluarkan regulasi khusus terhadap
penanganan dan pemberantasan penyalahgunan NAPZA (khususnya lem, yang luput
dari perhatian).
“Sangat diharapkan upaya yang
telah dilakukan oleh APMAS PASEL ini didukung oleh semua lembaga dan pihak
terkait, agar generasi emas di Tanah Papua dalam 20 tahun mendatang benar-benar
bermanfaat dan berkontribusi bagi Tanah Papua khususunya dan Indonesia pada
umumnya.” Ungkap Otophianus P Tebai dalam via telepon.
Lebih lanjut, Fransiska Gondro
Mahuze (Aktifis PMKRI dan Pemuda Katolik) ini mengaharapkan Pemerintah Pusat
memberikan perhatian pada 6 (enam) daerah khusus, yakni Jayapura, Merauke, Wamena,
Mimika, Nabire dan Manokwari sebagai daerah khusus yang menjadi pintu masuk
utama ke Kabupaten lainnya.
“Bila pintu masuk ini dapat
diatasi, diharapkan persebarannya dapat diatasi dan diminimalisir. Sebagai
salah satu masalah mendasar, karena melibatkan anak di usia 8 – 17 tahun ini,
perhatian di Tanah Papua dalam konteks
pencegahan merupakan cara simpatik, manusiawi dan penuh kasih yang bisa menjadi
panduan dalam penanganan di wilayah Tanah Papua secara menyeluruh” pungkasnya.
Seminar ini ditutup dengan closing
lagu “Tanah Papua” yang dinyanyikan oleh Denny Pigai.
Tonton video tentang LITERASI (yang bukan sekadar membaca) di bawah ini:
KOMENTAR