Berita yang dimuat di liputan6.com pada 1/1/2018 tentang kartu yang akan dikeluarkan Vatikan mendapat reaksi sedih sebanyak 86% dan marah sebanyak 16%. Betapa tidak, dikisahkan setelah perang dunia II berakhir dan memakan korban yang tidak sedikit. Kita dapat menyaksikan akibat buruk perang itu pada gambar anak kecil yang menggendong jasad adiknya dan sedang mengantri untuk dikremasi.
Langkah ini diambil karena perang retorika antara diktator Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, tak kunjung reda. Banyak pihak mengkhawatirkan, konflik terbuka bisa pecah di Semenanjung Korea, yang berujung pada adu kuat senjata nuklir. Jika itu terjadi, Perang Dunia III tak terelakkan.
Sebelum hal mengerikan itu terlanjur terjadi, Paus Fransiskus memerintahkan Takhta Suci Vatikan mencetak dan mendistribusikan kartu berisi peringatan pada dunia.
![]() |
Sumber foto: liputan6.com |
Foto ini diambil fotografer Amerika, Joseph Roger O'Donnell usai pemboman Nagasaki. Ekspresi kesedihan dalam diri bocah itu terlihat dari caranya mengigit bibir dan darah yang mengalir perlahan," demikian kalimat yang tercantum dalam kartu Vatikan, seperti dikutip dari Daily Mail, Senin (1/1/2018).
Di balik kartu tersebut, ada tanda tangan Paus Fransiskus. Juga sebuah kalimat: ... il frutto dela guerra. Itulah buah dari peperangan...
![]() |
Sumber foto: liputan6.com |
Setelah dua bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945, Jepang menyerah kalah, Perang Dunia II pun berakhir dengan korban 120 ribu nyawa. Sang fotografer, Joe O'Donnell tak lantas beranjak dari Jepang usai perang. Beberapa bulan sesudahnya, ia mengabadikan kondisi pasca-pemboman di dua kota lewat kamera.
![]() |
Sumber foto: liputan6.com |
Foto-foto tersebut kemudian dipublikasikan dalam Japan 1945: A US Marine's Photographs from Ground Zero.Salah satu foto lawas karyanya itu kini digunakan Paus Fransiskus, dalam upayanya mencegah perang yang kian di depan mata.
Meski berpengalaman sebagai forografer perang di lokasi paling menyedihkan, hatinya tak urung terusik. Pun ketika melihat bocah kecil yang ia abadikan dalam kamera.
"Aku melihat seorang anak sedang melintas, usianya sekitar 10 tahun. Ia menggendong seorang bayi di punggungnya.
Saat itu di Jepang, kami masih bisa melihat anak-anak bermain bersama saudaranya, namun anak itu berbeda.
Aku bisa melihatnya datang ke tempat ini untuk sebuah alasan yang serius. Ia bertelanjang kaki, tanpa sepatu. Ekspresi wajahnya keras. Kepala kecil di belakangnya kemudian beringsut, menunduk, seakan bayi itu tidur nyenyak. Bocah itu kemudian berdiri di sana sekitar lima sampai 10 menit.
Lalu, sejumlah pria yang mengenakan masker putih menghampirinya. Perlahan, mereka melepas tali kain yang mengikat bayi itu ke tubuh sang bocah.
Saat itulah aku menyadari, bayi itu sudah tiada. Pria-pria itu memegang jasad itu di bagian tangan dan kaki, lalu memasukkannya ke dalam api.
Bocah itu hanya berdiri tegak, tanpa gerak, menyaksikan api yang berkobar. Ia menggigit bibir bawahnya begitu keras hingga berdarah.
Saat kobaran api kian padam, seperti matahari yang akhirnya terbenam. Bocah itu berbalik dan berjalan dalam diam, menjauh."
Semoga semua pimpinan negara di dunia tidak lagi memikirkan ego masing-masing dan mau berdamai dengan semua ciptaan. Perang tidak pernah membuahkan hasil yang baik tetapi kekecewaan, luka, kerugian, dan hal buruk lainnya. Itulah bukti jahatnya perang. Damailah di bumi. Semoga! (Diolah dari berita liputan6.com)
KOMENTAR