Oleh: Kaimudin Laitupa
Sejarah Indonesia adalah sejarah kaum muda, begitulah kata pengamat politik Indonesia terkemuka Bend Anderson dalam setiap babakan sejarah kaum adalah motor penggerak perubahan zaman. sederetan fakta sejarah telah menegaskan dengan sangat terang benderang kepeloporan kaum muda, kebangkitan nasional 20 mei 1908, yang ditandai dengan berdirinya organisasi kepemudaan budi utomo sumpah pemuda 28 oktober 1928, hingga Indonesia merdeka 17 Agustus 1945, adalah momentum-momentum sejarah yang menempatkan kaum sebagai aktor utamanya, sekilas cerita di atas bahwa tidak ada perubahan tanpa kaum muda karena pemuda memiliki kepribadian unggul dan mampu memahami pengetahuan serta teknologi untuk bersaing secara lokal dan global.
Selain itu, pemuda menjadi faktor penting karena memiliki semangat juang yang tinggi, solusi yang kreatif, dan perwujudan yang inovatif, olehnya itu tulisan pemuda dan masa depan Maluku adalah satu kritik opini publik bagi kita semua elemen pemuda di Maluku bahwa saatnya untuk kita berubah, karena provinsi yang membidani kelahiran negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) nyaris hanya itu kebanggaan lokal yang dimiliki oleh provinsi Bumi Siwalima ini, selebihnya adalah kehidupan lokal yang nyaris tanpa geliat, senyap, dan tidak bergairah, aktivitas perekonomian Maluku itu-itu saja.
Instansi teknis dan strategis pemerintah tidak menempatkan kinerja yang mampu menggejot dan menggerakan sumber daya lokal, kesibukan hanya terlihat pada kantor yang memiliki unit-unit proyek, miskinnya regulasi perda maupun kebijakan-kebijakan lokal yang pro perubahan sosial (social engineering) dan pemberdayaan masyarakat (social empowering) adalah indikasi lemahnya kreatifitasnya pemerintahan pada saat yang sama, diskursus ide belum menjadi alat efektif untuk mempengaruhi dan membongkar dinamika kekuasaan lebih-lebih dengan terpolarisasinya kekuatan-kekuatan kepemudaan dan kelas menengah dalam tarikan kepentingan pragmatis kekuasaan,tawar-menawar.
Kepentingan berakhir di ujung siapa dapat apa, kekayaan historis dan kekayaan alam Maluku seharusnya melahirkan prototipe lokal yang dapat dijadikan ikon atau label daerah yang siap berkompetisi di dunia global, belum dirasakan lending sektor yang mampu menarik perhatian kita semua untuk masuk dan terlibat dalam pergulatan seluruh dimensi kehidupan lokal. Yang terjadi kita menjadi provinsi sunyi di tengah kerumunan kompetisi global dan kemilau demokrasi lokal.
Pembiaran atas realitas di atas sudah pasti, cepat atau lambat, akan menyeret tatanan daerah tidak lebih dari situs tua kekuasaan, stagnan dan tertinggal. Realitas inilah yang harus dibongkar guna menata bangunan peradaban bangsa yang relatif baru, maka kepemimpinan pemuda merupakan aspek krusial. Referensi kepemimpinan pemuda yang menghimpun jalinan tali persatuan dan mempunyai teropong yang visioner perlu dirangkai dalam jejaring rekayasa masa depan yang terencana secara strategis. Salah satunya ialah penanaman pendidikan kepemimpinan nasionalis, pluralis, dan strategis dalam pelbagai aspek kehidupan bangsa. Kepemimpinan pemuda perlu diformat oleh sentuhan berupa zeitgeist (jiwa zaman, hegel) yang melulu membumikan altruisme kebangsaan maka setiap elemen pemuda di seantero negeri Siwalima ini, harus menyadari betul posisinya sebagai bagian dari warga yang kesadaran hakiki dan kematangan berpikir membangun negeri ini. Format kepemimpinan yang harus diwujudkan, mestinya sesuai dengan jiwa zaman yang membangun sistem pribadi-pribadi yang unggul, asketik, arif, dan berlandaskan pada moral etik di atas ekslusivisme primordialistik.
Menembus batas dengan berupaya melampaui konflik kepentingan secara pribadi maupun kelompok demi kemaslahatan bersama, ialah prasyarat berikutnya. Di sini, kepemimpinan pemuda harus bijak menyikapi arus globalisasi dan perubahan sosial yang amat cepat dan sering menyeret pemuda dalam logika libido kapitalisme lanjut dan materialistik. Bagaimanapun, sebuah barisan kepemimpinan pemuda mesti dibangun di atas paradigma yang membebaskan dan mencerahkan. Untuk itu, ia, (pemuda) perlu membangun barisan yang cinta khazanah keilmuan dalam samudera respublica literaria.
Dalam konteks ini, harus ada paradigma baru dalam melihat, mengelola dan mengembangkan pemuda. Di era globalisasi ini, di mana nilai-nilai mondial sangat atau keinternasionalan sangat terbuka dan tidak bisa ditentukan batas-batasnya. Itu salah satunya dengan kepemimpinan kepemudaan Maluku, bahwa pemuda maluku tidak lagi bicara perbedaan tapi bicara tentang persamaan, pemuda maluku menyadari masa lalunya dengan kuat, menyadari akar sejarahnya, tetapi punya mimpi besar untuk masa yang akan datang yang bukan hanya dibatasi oleh sekat-sekat batasan agama.
Pemuda maluku seharusnya membicarakan bagaimana mengantarkan Indonesia menjadi negara pemimpin dunia, bukan hanya menyelesaikan krisis internal daerah tetapi menjadi bagian dari kontributor peradaban dunia yang baru, pemuda maluku tidak lagi bicara figur tapi bicara ide-ide bicara narasi, tidak bicara tentang diferensiasi tapi bicara kekompakan dan bekerja dalam satu tim dan tidak bekerja untuk kekayaan pribadinya dan pemuda Maluku adalah tim masa depan Maluku oleh itu daerah provinsi Maluku ini sekali lagi bukanlah seorang gubernur baru tapi sebuah tim impian bersama.
KOMENTAR