Jauh sebelum Negara Republik Indonesia terbentuk dan masih terpisah menurut kerajaan sampai sekarang yang sudah menjadi satu kesatuan yang utuh, tidak dipungkiri politik menjadi dasar ketika ingin mencapai suatu hal. Namun, nyatanya adalah politik sampai sekarang tidak sejalan dengan pemahaman rakyatnya.
Ditambah media yang notabene sebagai alat yang bisa kita gunakan untuk mengawasi perihal yang berkaitan dengan politik sering menyuguhkan berita yang kebanyakan negatif seperti korupsi, penyalagunaan wewenang dan sebagainya, bukan menjadi media pembelajaran. Tak heran banyak dari antara kita lambat laun acuh tak acuh dengan politik dan cenderung membenci hal-hal yang berkaitan dengan politik.
Masyarakat sekarang pada umumnya kurang memahami apa sebenarnya politik itu, sekarang banyak dari kita berpikir bahwa politik adalah sesuatu yang berkaitan dan yang hanya dikerjakan oleh mereka yang berhubungan dengan lembaga negara saja, politik sangat kejam dan sangat menjijikan. Oleh karena itu penulis yang adalah saya sendiri akan menjelaskan secara sederhana apa itu politik? dan apa hubungan “kita” dengan politik?
Dalam menjalankan sebuah tata birokrasi di pemerintahan, politik akan senantiasa dipakai dalam berbagai hal untuk mencapai cita-cita dari sebuah negara tersebut.
Menurut teori klasik Aristoteles, “politik adalah usaha yang di tempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.”
Politik berasal dari bahasa Belanda dan bahasa Inggris yang artinya yang berhubungan dengan negara dengan akar kata “polites” (warga) dan polis (negara). Menurut saya narasi diatas sudah sangat cukup untuk menyadarkan kita seberapa penting belajar politik itu untuk yang bernegara dan mencintai bangsa ini. Jika anda masih berpikir dua kali untuk belajar politik, saya akan memberikan contoh lagi, kita tau bahwa dulu di Indonesia dalam memilih wakil rakyat bukanlah hal yang bersifat demokrasi seperti sekarang.
Dahulu wakil rakyat tidak di pilih secara langsung oleh rakyat tapi DPR lah yang memutuskan karena mempunyai kewenangan yang cukup untuk itu. Tetapi tidak ada transparansi dalam pemilihan itu. Bukan tidak ada kemungkinan ada permainan yang selalu dimainkan di dalam pemilihan itu dan menjadi lingkaran setan tanpa ujung, yang naik menjadi calon rakyat misalnya dengan beberapa nominal uang atau janji-janji ketika dia terpilih dan setelah terpilih dia tidak ingat apa tugasnya sebagai wakil rakyat sehingga sesuka hati menyalagunakan wewenang dan serta mandat yang diberikan masyarakat.
Seperti kata orang-orang istilah yang paling cocok untuk itu yakni “terpilih karena nasib dan tak mau kerja.” Sampai situ sudah sangat membuat kita sebagai rakyat seperti di kurung dalam sangkar yang tak ada makanan, membunuh secara perlahan. Tapi hal itu berujung dengan perubahan yang di mana rakyat sudah mendapat hak suara dalam pemilihan wakilnya sebagai pemimpin pada masa kini.
Sungguh sangat menyenangkan bukan sudah seperti itu! Tapi luka kita yang di masa lalu yang selalu banyak di hianati wakil rakyat itu belum bisa kita lupakan dan ikut menyalahkan politik yang sebenarnya adalah baik. Sudah cukup kita tidur dan memberi kesempatan pada oknum yang memanfaatkan politik itu, menjadi ajang mencari kekuasaan, harta dan martabat. Ingatlah bahwa kita adalah rakyat yang berfungsi mengawasi apa yang terjadi di negeri ini dan kita wajib belajar politik.
Menjadi kader sebuah organisasi memanglah kita harus melihat apa yang menjadi visi serta misi dan aturan pada organisasi yang kita naungi tersebut.
PMKRI adalah organisasi yang berlatar gereja, ya, memang itu betul! Tapi di garis besarkan adalah kata Kader yang di pusatkan pada orangnya bukan organisasinya, orang yang bernaung di dalam organisasi apapun itu adalah rakyat yang mempunya tugas yang saya tulis sebelumnya mempunya fungsi mengawasi dan mengkritik pemimpin jika salah atau ikut aktif melakukan suatu hal yang membangun politik di negara yang kita cintai menjadi lebih baik lagi.
Kata aktif di situ juga harus diperjelas, bukan harus ikut dalam lingkaran perpolitikan atau terjun langsung baru di sebut aktif. Tapi bisa seperti, kita ikut mengawasi dan sebagai seorang kader kita memberikan yang berbunyi hanya kritik yang mungkin bisa di liat oleh pemimpin, seperti itu. Intinya aktif dalam rana anda juga bisa. Seperti contoh, anda kuliah di jurusan ilmu pendidikan dan kebetulan seorang kader, anda dapat membuat tulisan yang mengulas tentang keluhan apa di dunia pendidikan, seperti itu juga sudah cukup membantu dalam memulihkan politik di Indonesia.
Janganlah kita acuh tak acuh pada politik dan tak ingin belajar politik, karena itu hanya akan membuat korban, dan tanpa kita sadari korbannya adalah kita sendiri karena rasa tak peduli kita itu.
Kita semua ingin politik di Indonesia berubah menjadi lebih baik lagi dan berfungsi serta kerja sesuai artinya yang sesungguhnya. Maka dari itu, sangat penting belajar politik karena kita bergerak di atas keputusan politik dan politik itu berkonsep dasar pada tujuan baik untuk bersama. Dalam perpolitikan tidak melihat apa, siapa, kapan dan bagaimana baru dapat berpolitik, dan dalam bidang apapun itu pasti juga mengikutsertakan politik.
Seiring jalan orang memang acuh tak acuh pada politik karena poin utama dari politik itu semakin pudar. Tanpa kita sadar bahwa hak politik adalah sama dengan hak asasi manusia yang melekat pada diri tanpa dapat diganggu gugat. Meski kita sering dikecewakan oleh oknum-okmun yang bernaung di dunia perpolitikan janganlah lambat laun malas hanya karena itu. Harus kita ingat selalu bahwa hidup mati kita di tentukan oleh politik.
Dan sebagai mahasiswa yang juga menjadi kader sebiah organisasi pergerakan dan juga sebagai pemuda, dengan faktanya sejarah mengatakan pemudalah yang membawa perubahan.
"Janganlah enggan menyentuh dan belajar politik karena pada dasarnya politik itu baik."
KOMENTAR