![]() |
Peronika Melsi Silalahi Juara I Lomba Menulis PMKRI Cab. Pematangsiantar |
Revolusi industri 4.0 menjadi topik perbincangan yang krusial saat ini. Nada nya sudah melengking sampai ke penjuru dunia. Revolusi industri pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Klaus Schwab. Ekonom terkenal asal Jerman yang menulis dalam bukunya, The Fourth Industrial Revolution, bahwa konsep itu telah mengubah hidup dan kerja manusia. Sebelum sampai ke tahap revolusi industri teknologi, perlu kita tahu ada 4 tahapan sejarah revolusi:
- Revolusi industri 1.0 terjadi pada abad ke 18 melalui penemuan mesin uap, sehingga memungkin barang dapat diproduksi secara masal. Jika dulunya manusia hanya menggunakan otot dan kuda dalam memproduksi barang, ada mesin uap yang mempermudah sistem produksi tersebut.
- Revolusii 2.0 terjadi pada abad ke 19-20 melalui penggunaan listrik yang membuat biaya produksi menjadi murah.R
- Revolusi industri 3.0 terjadi sekitar tahun 1970an melalui penggunaan komputerisasiR
- Revolusi industri 4.0 sendiri terjadi pada sekitar tahun 2010an melalui rekayasa inteligensi dan internet of thing sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin.
Secara sederhana, Revolusi Industri adalah perubahan besar dan radikal terhadap cara manusia memproduksi barang. Dikatakan radikal karena secara disrupsi sudah merampas dan membodong banyak profesi-profesi primer di indonesia terlepas dari baik dalam segi ekonomi, sosial dan politik.
“Internet of things” adalah semboyan yang menjalar ke seluruh aktivitas manusia, dari pagi sampai malam tak berbatas. Disatu sisi, kehadiran internet memang membantu kehidupan manusia terutama di dalam memproduksi barang dan jasa.
Contohnya: Gojek, sarana transportasi yang bersedia menghantarkan subjek dan objeknya.
Aplikasi belanja mudah (Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Zilinggo, dan lain-lain) memberikan kemudahan dalam berbelanja dengan sistem bayar di tempat, efektif, efisien sehingga waktunya bisa dipakai untuk kebutuhan lain.
Aplikasi Ruang Guru yang memberikan kemudahan belajar yang mudah dan murah tanpa harus keluar rumah dan berhadapan dengan peraturan-peraturan sekolah.
E-Money adalah sebuah aplikasi yang digunakan untuk membayar segala kebutuhan, baik itu listrik, pulsa, credit mobil, uang kuliah, dan masih banyak lagi.
Baca juga: Mahasiswa Memaknai Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Baca juga: Mahasiswa Memaknai Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Semua contoh diatas adalah buah dari revolusi itu sendiri. Manusia sekarang sangat dimanjakan dengan bermodalkan satu ketukan saja. sayangnya kenikmatan dari teknologi itu akan menjadi boomerang bagi kehidupan manusia. Pengangguran akan membludak, belum lagi tamatan sarjana yang mengeluarkan 8 juta lulusan setiap tahun nya. Perusahaan-perusahaan akan gulung tikar, akan dikuranginya pekerja pabrik, peluang menjadi guru akan diminimalisir, karyawan cafe dan restoran tak akan dipakai lagi, karena ada aplikasi yang siap menghantar kebutuhan apapun. Prediksi mengatakan bahwa 10 tahun lagi aktivitas manusia akan lebih banyak diperankan oleh Mesin otomasi dan robotik. Pertanyaannya: bagaimana upaya kita di dalam menselaraskan kompetensi menghadapi era revolusi 4.0?
Penulis ingin fokus di sistem pendidikan dalam menghadapi revolusi industri 4.0 ini. Adapun tujuan artikel ini adalah agar perguruan tinggi mampu meningkatkan SDM indonesia melalui mahasiswa itu sendiri. Penulis mengambil kutipan dari Zimmerman, 2018 yang mengatakan bahwa Era RI 4.0 dan selanjutnya 75% pekerjaan melibatkan kemampuan sains, teknologi, dan matematika, internet of things, pembelajaran sepanjang hayat. Dalam artian kita akan lebih berfokus pada 5 kemampuan tersebut demi menyamaratakan kompetensi menghadapi revolusi 4.0
MAHASISWA HARUS SIAP!
Untuk menjadi mahasiswa yang tidak ingin dilengserkan perannya oleh teknologi diharapkan harus punya inovasi baru, keterampilan, dan kompetensi yang harus tetap secara konsisten diterapkan. Semuanya dapat dicapai jika dosen juga mampu menerapkan kemampuan baru dalam mengajar, melakukan dialog di ruangan kelas membuka paradigma mahasiswa supaya lebih adaptif dengan perubahan zaman.
Seperti yang dilansir dari majalah Unilak yang mengatakan: Mereformasi sistem pendidikan akan menjawab kebutuhan masa depan pun belum cukup untuk menjadi kompetitif. dalam laporannya, WEF (World economic Forum) memandang penting untuk menyediakan insentif pembelajaran seumur hidup bagi setiap warga negara. Pemerinrtah dan bisni memberikan kesempatan untuk berkolaborasi lebih banyak agar memastikan bahwa warga negara memiliki waktu, motivasi, dan sarana mencari peluang untuk selalu memperbarui kompetensi.
Mengajarkan nilai, keyakinan, pemikiran yang independen, kerja sama, dan kepedulian adalah bagian dari visi pendidikan kedepan agar bisa bersaing dengan robot. Pendekatan ini diperlukan untuk menggantikan pengajaran berbasis pengetahuan semta. Poin ini disampaikan Bos Alibaba, Jack Ma, pada Annual Meeting WEF 2018 lalu di Davos.
Baca juga: Pengaruh Pendidikan Bagi Generasi Milenial
Baca juga: Pengaruh Pendidikan Bagi Generasi Milenial
Dengan demikian lembaga pendidikan akan menghasilkan sarjana-sarjana yang kompeten, memberi nilai tambah sesuai kebutuhan pasar kerja. Lembaga pendidikan harus mampu menghasilkan lulucan yang berkarakter, kompeten dan inovatif.
Dalam menghadapi revolusi industri 4.0, penulis berpendapat terdapat dua jalan yang mesti ditempuh: pertama, menyiapkan pelaksanakan pendidikan yang link and match antara sumber daya manusia dan kebutuhan zaman di era revolusi industri. Kedua, selain menyiapkan pendidikan yang link and match, sumber daya manusia yang disiapkan juga harus dibekali dengan pendidikan nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkan oleh ilmu sosial humaniora.
KOMENTAR