Oleh: Emanuel Halawa
Penggunaan gambar, lukisan dan patung dalam Gereja Katolik, bertujuan untuk mengambarkan dengan maksud sabagai alat bantu untuk mengarahkan hati dan pikiran kepada Tuhan. Gambar, lukisan dan patung dalam Gereja Katolik dapat ditemukan didalam/diluar gedung gereja, ditempat tertentu sperti gua Bunda Maria, di rumah setiap umat katolik dan lain-lain. Penggunaan gambar, lukisan dan patung bagi umat katolik tentu sangat penting karena pertama, sebagai alat bantu umat untuk lebih menghayati kedekatan dengan Yesus Kristus. sama sperti seseorang mengingat ibunya dengan melihat fotonya, demikian juga umat katolik mengingat Yesus, Maria dan orang kudus lainnya dengan melihat patung, gambar dan lukisan mereka.
Kedua, sebagai sarana pengajaran. Umat katolik menggunakan gambar, lukisan dan patung sebagai pengajaran missal dalam mengajar anak sekolah minggu, seperti: menerangkan siapa Tuhan Yesus, mujizat yang dibuatnya dan lain-lain dengan gambar-gambar yang bertujuan agar mudah cepat ditangkap dan dipahami, sekilas kita pahami bahwa masalah buta huruf baru dapat dikurangi secara signifikan di Eropa pada abad ke-12, bahkan untuk Negara-Negara Asia dan Afrika baru pada abad ke-19/20, karena mayoritas orang pada saat itu tidak dapat membaca, ini lah yang mendorong gambar-gambar dan patung mengambil peran untuk pengajaran iman karena praktis. Ketiga, digunakan untuk peristiwa-peristiwa tertentu. Seperti pembuatan kadang natal di isi dengan patung, gambar peristiwa natal atau mengirim kartu natal kepada teman, berdoa didepan patung Maria dibulan Rosario, perarakan salib Yesus di Jumat Agung dan mencium corpus dan lain-lain.
Penggunaan gambar, lukisan dan patung dalam Gereja Katolik tentu tidak bertentangan dengan peritah Allah (saya menjelaskan secara Akitab) karena larangan pembuatan patung dalam perjanjian lama (lih. Kel 20:4) berada dalam kesatuan dengan ayat sebelumnya (ayat 3) dan sesudahnya (ayat 5), yaitu bahwa Allah melarang umat-Nya membuat patung yang menyerupai apapun untuk disembah sebagai allah lain di hadapan-Nya.
Namun jika patung itu sendiri tidak disembah sebagai allah lain, gambaran yang menyerupai sesuatu maka tidak dilarang Tuhan karena Allah sendiri yang menyuruh membuat patung kerub/malaikat untuk ditempatkan ditempat kudus-Nya (lih. Kel 25:1, 18-20; 1 Taw 28:18-19; 1Raj 6:23-35). Di Perjanjian Lama, Allah memang melarang umat-Nya menggambarkan Diri-Nya ke dalam bentuk patung, karena Ia sendiri belum menggambarkan Diri-Nya. Namun kemudian Allah sendiri memperbaharui ajaran ini, dengan menggambarkan Diri-Nya di dalam Kristus (lih. Kol 1:15); dengan demikian, manusia memperoleh gambaran akan Tuhan. Oleh karena itu penggambaran akan Kristus dalam bentuk patung, lukisan atau bahkan gambar dalam film kartun tidaklah melanggar perintah Allah, karena Allah telah terlebih dahulu menggambarkan Diri-Nya di dalam Kristus.
Nah setelah itu, akan muncul pertanyaan dalam benak kita, tata sujud dan berdoa didepan patung apakah itu tidak sebuah cara penyembahan berhala? Sama halnya Jika kita melihat orang yang sedang berlutut, mencium dan memeluk orangtuanya, menghormati bendera dan mencuimnya, tentu hal ini bukan sebuah penyembahan berhala.
Walaupun adakalanya umat Katolik berdoa di depan patung, umat Katolik tidak menyembah berhala. Jika umat Katolik menunjukkan sikap hormat di depan patung Yesus, patung Bunda Maria ataupun para orang kudus lainnya, itu adalah karena umat Katolik menghormati pribadi yang digambarkan oleh patung tersebut. Penghormatan ini disebut dulia relatif, Contoh penghormatan ‘Dulia relatif‘ yaitu pada saat Musa diperintahkan oleh Tuhan untuk membuat patung ular dari tembaga yang dipasang di sebuah tiang, agar barang siapa yang memandang patung itu akan tetap hidup walaupun telah dipagut ular (Bil 21:8-9). Ular tembaga yang ditinggikan di tiang ini menjadi gambaran akan Yesus Kristus yang juga akan ditinggikan di kayu salib (lihat Yoh 3:14).
Tentu saat itu, orang Israel tidak menyembah berhala, sebab Allah-lah yang menyuruh mereka menghormati dengan ‘memandang ke atas’ ular tembaga yang dibuat oleh Musa itu. Penghormatan dulia- relatif lainnya yang dicatat dalam Kitab Suci, adalah ketika Tuhan menyuruh Musa untuk membuat tabut perjanjian, dengan membuat patung malaikat (kerub) untuk diletakkan di atas tutupnya (lih. Kel 37). Di dalam tabut diletakkan roti manna (Kel 25:30), tongkat Harun (Bil 17:10) dan kedua loh batu sepuluh perintah Allah (Kel 25:16). Tabut perjanjian ini kemudian menyertai bangsa Israel sampai ke tanah terjanji yang dipimpin oleh nabi Yosua.
Kitab Yosua mencatat bahwa Yosua bersama- sama para tua- tua sujud ke tanah menghormati tabut Tuhan: “Yosuapun mengoyakkan jubahnya dan sujudlah ia dengan mukanya sampai ke tanah di depan tabut TUHAN hingga petang, bersama dengan para tua-tua orang Israel….” (Yos 7:6). Tentu tabut itu bukan Tuhan, dan tentu yang dihormati bukan apa yang nampak, yaitu kotak dengan patung malaikat (kerub) di atasnya, tetapi adalah Allah yang dilambangkan-Nya. Yosua dan para tua- tua Yahudi pada saat itu tidak menyembah berhala, Allah tidak menghukum mereka karena sujud di depan tabut itu. Sebaliknya Allah menerima ungkapan tobat mereka, dan menyatakan kehendak-Nya atas apa yang harus mereka perbuat terhadap Akhan, yang melanggar perintah-Nya. Disini kita biasa simpulkan bahwa disposisi hati terarah untuk menyembah Allah yang tidak kelihatan walaupun terlihat bersujud di depan gambar, lukisan dan patung.
Pada dasarnya manusia membutuhkan visual atau penggambaran untuk membantu mengarahkan hati dan pikiran kepada Allah, agama-agama lain juga membutuhkan visual sperti agama Buddha, Hindu dan Islam. Gambar, lukisan dan patung yang memiliki kegunaan dalam hal Religius tentu sangat di jaga agar tidak dilecehkan dan dirusak karena jasanya memberikan penggambaran. Untuk itulah mari menjaga keharmonisan dengan menghargai perbedaan. Singkat kata “perbedaan itu pasti ada, bagaimana kamu memahaminya. Memilih itu boleh saja, bukan berarti keinginanmu terpenuhi semua”. Syalom, Trimakasih.
KOMENTAR