Kurangnya Pengelolaan Sampah di Pasar Horas dan Parluasan di Kota Pematangsiantar

 

Oleh: Alberto Nainggolan*

Pasar Horas dan pasar Parluasan di Kota Pematangsiantar menjadi contoh nyata betapa kurangnya pengelolaan sampah dan dapat menghancurkan lingkungan lokal. 

Kedua pasar ini bukan hanya tempat berbelanja, tetapi juga representasi kegagalan pemerintah kota Pematangsiantar dalam menjaga kebersihan dan kesehatan masyarakat. 

Tidak adanya fasilitas pengelolaan sampah yang memadai mencerminkan ketidakpedulian pemangku kepentingan terhadap lingkungan dan kesejahteraan warga. 

Dengan tumpukan sampah plastik yang menjijikkan dan aroma busuk yang menjalar, kedua pasar tersebut bukan lagi tempat yang layak untuk beraktivitas.

Program LISA yang hanya berjalan pada hari Jumat menunjukkan betapa minimnya komitmen pemerintah dalam menghadapi tantangan lingkungan. 

Tidak cukup dengan sekadar melakukan gerakan simbolis satu hari dalam seminggu, sementara masalah sampah menumpuk dan mencemari lingkungan setiap hari. Ini adalah bukti nyata dari ketidakpedulian yang mengkhawatirkan terhadap keberlanjutan lingkungan hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah Kota Pematangsiantar harus menyadari bahwa tindakan nyata diperlukan setiap hari untuk menangani masalah ini. Program LISA perlu dievaluasi dan diperluas ke hari-hari lain agar memberikan dampak yang lebih efektif dalam menjaga kebersihan lingkungan, khususnya di pasar Horas dan Parluasan.

Tidak ada ruang untuk kompromi ketika kesehatan publik dan keberlanjutan lingkungan berada dalam bahaya. Sudah saatnya Pemkot Pematangsiantar mengambil langkah-langkah konkret dan berani untuk mengubah paradigma pengelolaan sampah demi masa depan yang lebih baik bagi kota ini.

Ketakutan akan ancaman kesehatan masyarakat seharusnya memicu respons cepat dari pemerintah setempat. Namun, tampaknya kepentingan politik dan keuntungan jangka pendek mengalahkan kebutuhan mendesak akan lingkungan yang bersih dan sehat. Sudah waktunya bagi Pemkot Pematangsiantar untuk bangun dari tidur panjangnya dan menghadapi kenyataan yang kumuh ini dengan tindakan konkret.

Tidak ada alasan bagi sebuah kota untuk terjebak dalam keterpurukan lingkungan yang dapat dihindari. 

Pemerintah setempat memiliki tanggung jawab moral dan etika untuk melindungi warganya dari bahaya yang dapat dihindari, termasuk bahaya yang timbul dari pengelolaan sampah yang buruk. Diperlukan langkah-langkah tegas dan terarah untuk membersihkan kedua pasar ini dari limbah yang merusak dan menjaga agar kebersihan menjadi prioritas utama.

Jika tidak ada tindakan yang diambil segera, maka kumuhnya pasar-pasar ini akan menjadi penanda kegagalan moral dan administratif dari Pemkot Pematangsiantar.

*Alberto Nainggolan merupakan ketua HMJ Fisika UHKBPNP dan merupakan pengurus PMKRI Pematangsiantar.