Kemerdekaan Milik Generasi Muda

 

Oleh: Rosartio Situmorang*

Katakanlah.com | Kemerdekaan bukanlah hadiah yang datang tiba-tiba. Ia adalah hasil dari perjuangan panjang, pengorbanan yang tak terhitung, dan tekad yang tak tergoyahkan. Di medan pertempuran, para pahlawan kita berdiri tegak, meski peluru menghujani, meski tubuh mereka terluka, meski maut mengintai di setiap sudut. Satu tujuan mereka: Indonesia merdeka.

Kini, bendera merah putih berkibar di setiap sudut negeri. Lagu kebangsaan berkumandang dengan lantang. Namun, izinkan saya bertanya: apakah perjuangan itu sudah selesai? Apakah kita, generasi muda, cukup hanya menikmati hasil jerih payah para pahlawan? Jawabannya adalah tidak!

Kemerdekaan bukan garis akhir. Ia adalah garis awal dari perjalanan baru. Dan perjalanan itu, kini, berada di pundak kita—generasi muda Indonesia. Kita tidak lagi berhadapan dengan penjajah bersenjata, tetapi kita menghadapi tantangan yang tak kalah berbahaya: kebodohan, kemiskinan, korupsi, perpecahan, kegilaan duniawi, serta derasnya arus globalisasi yang bisa mengikis jati diri bangsa. 

Kemerdekaan milik generasi muda berarti kebebasan untuk berpikir, berkreasi, berkarya dan berjuang dengan cara kita sendiri. Tetapi kebebasan itu datang bersama tanggung jawab besar. Apa gunanya merdeka jika kita terjebak dalam kemalasan? Apa artinya pengorbanan para pahlawan jika kita apatis terhadap masalah negeri sendiri?

Generasi muda harus bangkit. Bangkit dengan pendidikan—senjata paling ampuh di zaman ini. Pendidikan bukan hanya soal nilai di rapor, tetapi tentang membentuk cara berpikir kritis, rasa ingin tahu yang tinggi, dan kemampuan untuk memecahkan masalah. Kita harus belajar dari berbagai sumber: sekolah, pengalaman, dan interaksi dengan dunia luar.

Generasi muda juga harus bangkit dengan teknologi. Kita hidup di era digital dengan peluang tanpa batas. Media sosial, internet, dan inovasi bisa menjadi alat untuk membangun negeri. Gunakanlah untuk menciptakan karya, menyebarkan pengetahuan, dan menebarkan semangat positif—bukan sekadar menjadi konsumen hiburan tanpa akhir. 

Selain itu, kita harus bangkit dengan kepedulian sosial. Masih banyak saudara sebangsa yang hidup dalam kesulitan. Saat kita memilih untuk peduli—menjadi relawan, ikut aksi sosial, atau membantu sesama—kita sedang menghidupkan kembali semangat gotong royong yang dulu mengantarkan kita pada kemerdekaan. Dan yang terpenting, generasi muda harus bangkit dengan keberanian. Keberanian untuk bersuara melawan ketidakadilan, keberanian untuk menolak korupsi, dan keberanian untuk mencoba hal baru meski berisiko gagal. Karena hanya mereka yang berani yang mampu menciptakan perubahan.

Sejarah mencatat bahwa pemuda selalu menjadi motor penggerak bangsa. Dari Sumpah Pemuda 1928 hingga reformasi 1998, semangat kaum muda telah mengubah arah negeri ini. Kini, giliran kita melanjutkan bab sejarah itu.

Wahai generasi muda, jangan biarkan perjuangan para pahlawan hanya berakhir di buku pelajaran. Jangan biarkan semangat kemerdekaan pudar di tengah kenyamanan. Jadikan kemerdekaan sebagai dorongan untuk berkarya, mengabdi, dan membangun Indonesia yang lebih baik. Karena kemerdekaan milik generasi muda berarti memastikan bahwa 10, 20, bahkan 100 tahun mendatang, Indonesia tetap berdiri tegak—bukan hanya sebagai negara yang merdeka, tetapi sebagai bangsa yang bermartabat, berilmu, dan berdaya.

Mari kita lanjutkan perjuangan itu. Dengan pena, dengan ide, dengan aksi nyata. Karena tugas kita bukan hanya mewarisi kemerdekaan, tetapi juga menjaganya agar tetap hidup untuk generasi-generasi setelah kita. (*)

*Penulis merupakan anggota PMKRI Cabang Pematangsiantar dan mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar.